10/5/11

Nama bukanlah semuanya tentang kita, tapi kita semuanya butuh Nama

Nama. Apalah artinya nama. Seberapa pentingkah nama. Adakah pengaruh dari suatu nama terhadap pemiliknya. Mengapa banyak orang tua yang begitu selektif memberi nama pada anak mereka. Apakah sesungguhnya yang mereka cari. Nilai estetis dari suatu nama, atau makna yang terpendam dalam nama tersebut. Tak dapat dipungkiri bahwa nama menjadi bagian yang sangat penting dalam hidup kita. Melalui nama kita bisa saling mengenal dan membedakan satu sama lain. Semuanya butuh nama. Tak bisa dibayangkan apa yang terjadi jika semua orang di dunia tak bernama.

Banyak orang bilang bahwa nama adalah suatu doa. Dalam hal ini saya tidak dapat berkata apa-apa selain mengamini. Tapi apakah benar bahwa nama memiliki kekuatan dalam mempengaruhi karakter bahkan nasib pemiliknya. Lalu bagaimana dengan orang tua yang memberi nama hanya mementingkan nilai estetis tanpa makna didalamnya seperti nama yang diberikan orang tua saya kepada anak sulung mereka, yaitu saya. Sempat saya ingin mengganti nama menjadi Aisyah, Fatimah, Nurilahi, dan nama-nama lain yang bermakna positif serta menunjukkan keislaman saya. Namun keinginan itu pun sirna setelah saya menemukan persepsi yang nyaman mengenai nama.

Menurut saya bukanlah nama yang menjadikan karakter seseorang menjadi baik atau buruk, melainkan karakter itu sendiri yang nantinya akan menjadikan nama yang disandang menjadi indah atau sebaliknya. Nama Muhammad tak kan begitu terkenal dan disenangi jika Rasulullah tak memiliki karakter yang begitu indahnya. Nama Firaun pun bisa saja sangat digemari apabila karakternya bukanlah seorang kafir. Begitulah persepsi nyaman tenang nama yang saya pupuk untuk membuat saya bersyukur atas nama tak berarti khusus yang diberikan orangtua saya.

Devi Heryanti. Ya, itulah nama saya. Nama depan saya, Devi, pasti sudah sangat familiar ditelinga anda. Tapi saya yakin akan selalu ada alasan yang berbeda di balik nama Devi. Menurut cerita orang tua saya, nama Devi mereka temui di salah satu Koran ibu kota. Mereka memilih nama Devi dengan harapan nama Devi akan menjadi nama yang unik dan jarang digunakan orang. Namun apalah daya, justru nama Devi begitu banyak digunakan orang. Sedangkan Heryanti adalah gabungan dari nama kedua orang tua saya, Hermawan dan Yayah. Tapi saya tetap berusaha mengambil pesan positif dibalik cerita itu. Orang tua saya menginginkan saya menjadi seseorang yang luar biasa, berpikir dan bersikap positif yang berbeda dengan orang kebanyakan serta menjadi anak yang akan selalu ingat pada orang tuanya.

Saya merasa tidak bijak untuk menilai apakah nama yang disandang seseorang sesuai dengan karakter yang mereka miliki. Menurut saya, apapun nama yang disandang, setiap orang wajib memupuk karakter positif dalam diri terlepas dari karakter negative atau kekurangan yang mereka miliki. Oleh sebab itu, tak ada alasan bagi saya untuk merasa nama ini tak cocok untuk saya. Tak ada alasan bagi Devi Heryanti untuk tidak menjadi wanita sebaik Aisyah dan sekuat Kartini. Persepsi saya tentang mengenai nama seperti yang telah dijabarkan sebelumnya semakin memotivasi saya untuk membentuk diri menjadi pribadi yang sebaik mungkin, seindah mungkin, serta se-luarbiasa-mungkin seperti yang disiratkan kedua orang tua saya. Semoga kelak pribadi dan karakter luarbiasa yang saya miliki semakin mengindahkan nama Devi Heryanti dan membuat orang jutaan orang lainnya bangga bernama Devi.